Lomang Tungkek: Warisan Rasa dan Budaya dari Sawahlunto yang Tetap Hidup
Sawahlunto, sebuah kota bersejarah di Sumatera Barat, tak hanya dikenal lewat tambang batubara Ombilin yang diakui UNESCO, tetapi juga lewat kekayaan budayanya yang terus dijaga dan diwariskan lintas generasi. Salah satu permata warisan budaya itu adalah Lomang Tungkek, makanan tradisional khas Kanagarian Talawi yang hingga kini masih menjadi bagian penting dalam identitas masyarakatnya.
Lomang Tungkek adalah kuliner khas yang terbuat dari tepung beras, gula enau (aren), dan santan, kemudian dibungkus rapi dengan daun pisang. Namun, yang membuatnya benar-benar unik bukan hanya bahan dasarnya yang sederhana dan alami, melainkan bentuknya yang menyerupai pocong dalam ukuran kecil. Bungkusannya diikat dengan tali hingga mengerucut ke atas, menciptakan visual yang khas dan tak mudah dilupakan oleh siapa pun yang melihat atau mencicipinya.
Makanan ini tak hanya sekadar santapan, melainkan juga mengandung makna spiritual dan budaya yang dalam. Di kalangan masyarakat Talawi dan sekitarnya, Lomang Tungkek adalah simbol kebersamaan dan syukur, terutama saat Hari Raya Idul Adha. Keberadaannya menjadi penanda datangnya hari besar keagamaan, sekaligus momentum berbagi antar tetangga dan keluarga.
Sebagai bentuk pengakuan atas nilai budaya yang terkandung di dalamnya, pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah menetapkan Lomang Tungkek sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTbI) pada tahun 2024. Status ini menjadi tonggak penting dalam melestarikan sekaligus mempromosikan Lomang Tungkek ke kancah nasional dan internasional.
Menindaklanjuti pengakuan tersebut, Wali Kota Sawahlunto, Riyanda Putra, melalui Himbauan Nomor 400.6.1/69/DISBUD – SWL/2025, mengajak seluruh masyarakat dan instansi di Kota Sawahlunto untuk menghidupkan kembali budaya menyajikan Lomang Tungkek dalam berbagai kegiatan, khususnya selama masa perayaan Idul Adha 1446 H, yakni mulai 28 Mei hingga 9 Juni 2025.
Dalam himbauan tersebut, Wali Kota menekankan pentingnya melestarikan makanan tradisional ini dengan cara:
-
Mewariskannya kepada generasi muda, agar tak hilang ditelan zaman.
-
Mempublikasikan sajian Lomang Tungkek melalui media sosial dengan tagar dan tagline “Tando Bahaghi Ghayo Oji”, sebagai upaya penyebarluasan dan branding budaya lokal.
-
Menghidupkan ekosistem budaya kuliner lokal, dengan melibatkan pelaku UMKM seperti kelompok wanita tani dan pengrajin di Kanagarian Talawi.
Tak hanya itu, Wali Kota juga menghimbau agar semua institusi—mulai dari kantor pemerintahan, sekolah, hingga penginapan dan hotel—dapat menyajikan Lomang Tungkek sebagai suguhan bagi tamu maupun sebagai rekomendasi oleh-oleh khas Sawahlunto.
Semangat ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2021 tentang pelaksanaannya. Melalui pendekatan yang kolektif dan kolaboratif, diharapkan Lomang Tungkek tak hanya menjadi peninggalan masa lalu, tapi juga tetap relevan dan hidup dalam denyut kehidupan masyarakat masa kini.
Sebagaimana yang tercermin dari bentuknya yang terikat, Lomang Tungkek adalah pengingat bahwa budaya, jika tak dijaga, bisa lepas dan hilang. Namun, bila dijaga bersama, akan terus menjadi sumber identitas, kebanggaan, dan kekuatan sebuah daerah.
Melalui upaya pelestarian ini, Sawahlunto menunjukkan bahwa warisan budaya bukan sekadar artefak sejarah, melainkan sesuatu yang hidup, lezat, dan sarat makna—siap dibagikan dan dirayakan bersama.

Tidak ada komentar: